Sebuah pengantar untuk film kisah nyata Bang Bang Club
Kalau Anda penghobby fotografi dan banyak membaca forum-forum fotografi, apalagi Anda peminat foto-foto jurnalistik atau human interest, Anda pasti pernah mendengar pertanyaan menggoda seperti ini;
“Kalau Anda sedang berhadapan dengan situasi kecelakaan atau hal sejenis dimana itu adalah sebuah momen, apa yang Anda lakukan terlebih dahulu? Menolong orang yang menjadi korban? Atau memotret momentnya terlebih dahulu?
Jawabannya ya terserah Anda.
Kondisi seperti tersebut di atas mungkin sederhana kalau kita tidak pernah mengalaminya sendiri. Tapi bagi rekan-rekan pewarta foto, sebagian tentu sudah pernah mengalaminya. Soal kemudian apa yang kemudian dilakukannya, itu hak dari masing-masing personal. Sesuai dengan standar normalitas dan tanggung jawab yang dipikulnya. Tidak ada yang salah, tidak ada pula yang berani menjamin kebenarannya.
Kembali ke topik;
Seorang fotografer jurnalis Amerika bernama Kevin Carter pada tahun 1993 datang ke Negara Sudan untuk meliput perang saudara. Pada sebuah situasi, Kevin mendapat sebuah foto dahsyat sebagaimana yang Anda lihat di bawah ini.
Foto tersebut merekam sebuah kondisi yang super mencekam dimana seorang anak kecil Sudan yang secara fisik sangat menyedihkan sedang berada dalam posisi sekarat. Sementara tak jauh darinya, seekor burung pemakan bangkai (vulture) sedang menunggu. Pesan yang ingin disampaikan adalah seolah burung itu sedang menunggu sang bocah yang menderita itu mati, lalu memakannya. Kabar yang beredar saat itu, sebenarnya sang bocah ini sebenarnya bersama rombongan hendak menuju kamp PBB untuk mendapatkan makanan. Kamp PBB yang dimaksud jaraknya sekitar 1 kilometer dari lokasi pengambilan foto.
Pada 1994, foto yang dimuat di The New York Times ini memenangkan Pulitzer Prize. Sebuah hadiah level tertinggi bagi seorang jurnalis. Tapi apa yang terjadi setelah itu? Protes dari seantero dunia malah membanjiri Kevin. Banyak orang, para pembaca koran, mempertanyakan kenapa Kevin tidak menolong sang bocah dengan mengusir burung itu atau mengangkat bocah itu menuju ke kamp PBB.
Mendapati kondisi semacam itu, Kevin sebenarnya sempat memberikan jawaban. Menurutnya, dia setelah proses pengambilan foto ia mengusir burung tersebut agar menjauh dari bocah Sudan tersebut. Namun sayangnya dalam penjelasannya Kevin tak bisa memastikan apakah sang bocah Sudan itu selamat atau tidak.
Bukannya kebahagiaan yang diperoleh Kevin carter atas Pulitzer yang diterimanya. Tapi karena protes dari seantero dunia yang berdatangan kepadanya dia justru menjadi depresi berat. Beberapa sumber mengatakan bahwa bukan hanya depresi karena hujatan saja yang melanda Kevin carter saat itu. Tapi beberapa masalah diantaranya soal hutang juga membuat Kevin bertambah depresi .
Tepat dua bulan setelah Foto Tersebut menerima Pulitzer, Kevin Carter bunuh diri di Johannesburg, Afrika Selatan
Beberapa rekan jurnalis Kevin bercerita kepada media bahwa sebenarnya Kevin pernah mengaku merasa begitu bersalah karena terlalu mementingkan pekerjaan ketimbang kemanusiaan. Secara pribadi ia mencemaskan nasib anak itu. Jangan-jangan memang mati dilahap burung pemakan bangkai.
Cerita yang paling ironis, ternyata dari penelusuran selanjutnya bocah Sudan yang menjadi obyek foto itu ternyata tidak menjadi santapanvulture. Dia ditemukan dalam keadaan sehat di sebuah kamp pengungsian.
Sumber :
Sueswit's Blog